Klenteng di Surabaya utara
Klenteng Tridharma Hong Thik Hian adalah Klenteng
tertua yang ada di kota Surabaya di bangun oleh pasukan Tartar pada zaman Khu
Bilai Khan pada awal Kerajaan Mojopahit. Bangunan tersebut kurang lebih berusia 700 tahun yang pada
awalnya bangunan Klenteng tersebut tidaklah besar. Klenteng ini digunakan
sebagai tempat beribadah untuk agama Khonghuchu. Lokasi klenteng terletak di
jalan Dukuh nomor 23, Kota Surabaya, Jawa timur 60162. Mereka juga menampilkan
wayang Potehi yang menceritakan tentang kerajaan-kerajaan pada zaman dahulu
yang di tampilkan setiap hari dengan durasi hingga dua jam.
Ada tiga macam istilah
yang pemerintah berikan kepada penganut agama Buddha di Indonesia yaitu Yutikoma
yang berarti nama lain dari Klenteng yang di berikan oleh orang Indonesia.
Kedua, Klenteng digunakan sebagai tempat sarana untuk berupacara yang terdiri
dari lonceng dan bedug yang akan digunakan pada saat upacara penting
berlangsung yang akan di tabuh secara bersamaan atau untuk memberitahukan
kepada warga sekitar untuk melaksanakan ibadah pada pagi dan sore hari yang
akan di tabuh oleh setiap orang. Ketiga, Klenteng di dalam kamus Bahasa
Indonesia tertulis “Chinese temple” yang membuat banyak masyarakat Indonesia
menyalahartikan makna dari kata tersebut yang menyatakan tempat tersebut hanya
tempat beribadah bagi orang cina. Membuat tempat ibadah tersebut menjadi
eksklusif. Padahal sebenarnya tempat ibadah
bisa menerima semua umat yang datang ketempat tersebut. Akibat dari
makna tersebut terjadi distorsi agama yang membedakan menjadi suku dan ras
tertentu.
Klenteng Tridharma
secara agamais memiliki sebutan kiblat satu pada langit ketika mereka
sembahyang mereka akan mengarahkan dupa yang di pegang mengarah ke langit dan
pada saat itu juga mereka akan berdoa dan meminta apa yang di inginkan.
Klenteng ini di bangun
menurut Feng shui yang secara ilmiah di artikan sebagai kesesuaian dengan
sifat antara sebuah keutuhan bumi,
manusia dan langit. Feng Shui juga di gunakan sebagai arah penentu di mana sisi
utara,selatan,timur dan barat pada saat klenteng ini didirikan.
Tedapat enam agama
besar di Indonesia yaitu Buddha,Kristen,Tao,Islam,Hindu,Konghuchu dan .Siwa
Buddha menjadi agama bersatu di Indonesia yaitu agama Hindu dan Buddha. Agama
Khonghuchu dan Tao adalah ajaran Tridharmma dan merupakan agama tertua dari
Tiongkok.Agama Buddha berasal dari India timur.
Pangeran Sidharta Gautama melihat proses dari
kelahiran, menjadi tua, sakit dan meninggal. Di dalam agama Buddha dia memiliki
cita-cita untuk membuat semuanya menjadi makmur dalam segala hal jadi tidak ada
penderitaan di dunia ini. Bangsa Indonesia ini memiliki beragam macam suku dan
bangsa yang menurut UUD 1945 sifat bangsa ini Adi luhur yang merupakan bersifat
universal. Agama sendiri juga dapat memecahkan negara karena mereka memiliki
berbagai macam perbedaan pendapat dan keyakinan yang dapat menimbulkan
timbulnya konflik. Di Bhinneka Tunggal Ika terdapat berbagai macam pendapat
yang menyatakan Klenteng adalah perpaduan antara agama Buddha dan Konghuchu yang
membuat menjadi harmonis untuk menyatukan warga Indonesia. Sabdo pendeto ratu
pernah berkata bahwa agama itu tidak boleh di bandingkan dengan agama lainnya
karena dapat menimbulkan konflik dari perbandingan tersebut.
Sastra cina itu
sangatlah unik karena di gambarkan melalui langit, manusia dan bumi yang
digaris dalam satu Bahasa dan juga tidak bisa di terjemahkan secara mutlak
karena itu adalah sebuah sebuah gambaran yang abstrak. Lima kriteria agama di
Indonesia adalah mempunyai nabi,kitab suci, tempat ibadah, hari besar keagamaan
dan sejarah serta kepercayaaan kepada ketuhanan yang maha esa.
Yang saya pelajari dari
Klenteng ini adalah bahwa saya dapat melihat bangunan maha karya pada jaman
dahulu yang masih berdiri kokoh hingga sekarang dan karya-karya sastra yang di
gambarkan pada tembok dan tiang-tiang yang membuat saya kagum bahwa orang pada
jaman dahulu telah dapat membuat karya sastra yang sangat impresif. Saya juga
melihat banyak orang beragama Buddha yang datang untuk sembahyang di tempat
tersebut terutama pada hari minggu.
Dari yang saya amati kondisi bangunan di sekitar Klenteng tersebut masih cukup terawat di karenakan masih adanya bantuan sukarelawan dari warga sekitar yang berniat untuk membantu dalam membersihkan, merawat, serta merevitalisasi dan turut ikut serta dalam memainkan wayang potehi tempat tersebut agar selalu nyaman saat di kunjungi oleh pengunjung dan wisatawan. Bangunan tersebut di tetapkan sebagai cagar budaya karena telah memiliki banyak sejarah yang telah di saksikan oleh Klenteng ini dan menjadi Klenteng tertua di Surabaya karena berdiri selama 700 tahun.
Kelebihan dari tempat
ini adalah lokasi terletak di daerah pecinan yang memiliki mayoritas warga Tionghoa
yang beragama Buddha, terletak juga di area pusat bisnis di kota Pahlawan, akses
jalan yang mudah dan tempat ini juga terkenal sebagai salah satu tempat cagar
budaya yang harus di kunjungi di kota Surabaya. Kekurangan terdapat beberapa
bagian bangunan yang sudah lapuk di makan usia. Kondisi pada lantai satu plafon Klenteng juga yang telah berubah
menjadi warna hitam akibat asap dari dupa dan lilin.
Fungsi tempat cagar
budaya Klenteng Hong Thik Hian dan Boen Bio menjadi tempat beribadah bagi agama
Buddha, Khong Hu Chu dan Tao. Tempat untuk merayakan hari besar agama Buddha.
Juga menjadi tempat pariwisata bagi turis lokal dan asing yang ingin melihat
sejarah dari Klenteng tersebut.
Hal yang di dapatkan
setelah mengunjungi Klenteng tersebut bahwa saya mengetahui bangunan tersebut
pernah menjadi saksi bisu pada zaman penjajahan, mempelajari sejarah perjalanan
tempat tersebut selama tiga zaman,tempat beribadah buat agama Buddha, belajar
tentang kegunaan dan manfaat dari Feng Shui pada suatu bangunan dan mempelajari
tentang kriteria agama yang berada di Indonesia.
Klenteng kedua yang
kami kunjungi adalah Klenteng Boen Bio atau Klenteng Boen Chian Su ini di
bangun pada tahun 1883 akibat dari perubahan jaman maka di lakukan penyesuaian
pada tahun 1903 dan selesai di tahun 1906. Klenteng ini adalah pembuatan
miniatur Wen Miao dari arsitektur Tiongkok yang mirip seperti di sana. Agama
Konghuchu memiliki banyak Nabi. Tetapi, ada satu Nabi yang paling di hormati
adalah Nabi Kungchu Confucious atau
biasa di sebut dengan nama Chongshu yang telah di sembah selama 2500 tahun.
Nabi Chongshu adalah orang yang setia dan tepat aliran. Dia sendiri
memiliki kutipan “Apa yang diri kita
lakukan jangan di lakukan ke orang lain”.
Lampunya ada delapan terdiri
dari dua mata dan satu mulut yang berarti delapan kebajikan dalam pedoman hidup
yang berpengaruh dalam berprilaku berbakti, rendah hati, jujur, menjunjung
kebenaran, mensucikan hati dan punya rasa hormat. Empat pintu melambangkan
empat samudera/tantangan. Kejujuran berarti tindakan susila jangan di
lakukan.Dalam beribadah agama Khonghuchu tidak boleh melakukan tindakan
seenaknya sendiri ada tata caranya dalam melaksanakan ibadah yang mengharuskan
ada nilai keikhlasan dan kepatuhan.
Di altar tersedia empat
lampu yang melambangkan simbol kebajikan Tuhan yang memiliki kuasa sebagai
pencipta yang maha ada yang memberkati sesuai dengan sifat perbuatan yang di
lakukan. Kuasa Tuhan ada di mana-mana tidak akan pernah ada yang terlewatkan
dari nubuatan Tuhan yang di sana akan meluruskan dan melindungi yang selaras
dengan hukum taurat.
Terdapat dua buah lampu
minyak Tan Hin Yang memiliki dua unsur sifat berlawanan tetapi dapat bergabung
secara harmonis. Dalam altar Sin Chi Nabi Kongchu mengajarkan bahwa ketika
menyembah harus ke arah langit kepada Tuhan yang maha besar. Roh suci adalah
roh yang telah sukses menjalani hidupnya dan telah sukses. Dewa Kwang Kong
sangat menjunjung tinggi kesetiaan dan kebenaran.
Elemen Fushin terdiri
dari api, air, tanah, angin dan bumi yang saling menghidupi satu sama lain.
Lampion harapan menandakan bahwa semoga kehidupan tercapai sesuai dengan
harapan yang di inginkan. Klenteng Boen Bio/Wen Miao termasuk cagar budaya
kelas A, yang paling tinggi dan bentuknya tidak boleh diubah seijin dengan
dinas pariwisata budaya umum. Klenteng ini dibangun tidak memakai semen,
melainkan mereka mengelolah bahan yang tersedia yang hasilnya tidak kalah
dengan tekhnologi modern. Klenteng ini pernah menjadi tempat penampungan pada
zaman penjajahan Jepang dan sempat dijatuhi bom dua kali di bagian belakang
Klenteng oleh Jepang tetapi tidak meledak. Patung Nabi Kong Chu/ Kong Chi
merupakan Nabi terakhir yang paling sempurna, yang menyempurnakan agama Kong Hu
Cu. Nabi Chong Xiao adalah Nabi setia dan berbakti secara rohani yang
mencerminkan sifat Tuhan. Nabi Xia Chi merupakan buku bakti ajaran membalas
budi orangtua dengan menjunjung tinggi nama mereka. Nabi Tien Zhi mengajarkan
kita untuk menjaga kesucian hati.
Klenteng tersebut
menampilkan foto Gusdur di bagian kiri dari pintu utama sebagai penghargaan
telah membela hak sipil Tionghoa. Beliau juga mencabut aturan yang bertentangan
dengan hak sipil UU PNPS no 2 tahun 1965 dan UU INNPRES menyatakan budaya cina
dan nama cina harus diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia. UU ini digunakan
untuk menekan umat Tionghoa karena biaya penerjemahan yang sangat mahal.
Fengshui adalah aliran
udara yang diteliti dan mengatur tata letak suatu obyek supaya pemilik rumah
berasa nyaman untuk tinggal. Klenteng Boen Bio menghadap utara ke arah Madura,
timur naga hijau dan barat macan putih. Pertimbagan Fengshui tidak dapat
diprediksi cuman dapat ditafsir. Warna merah dan kuning pada pilar bangunan
merupakan simbol kebahagiaan, kegembiraan, keberuntungan, kemuliaan dan
kesetiaan.
Yang saya dapatkan dalam
observasi ini adalah cara mereka memadukan warna pada tembok, pilar bangunan
dan plafon membuat mereka menjadi menyatu dan tidak membuat menjadi warna yang
norak. Bangunan yang masih kokoh walaupun telah berdiri hingga seratus tahun
usianya. Cara mereka membangun Klenteng tersebut tanpa menggunakan semen
melainkan mengelola sumber daya sekitar yang ada. Klenteng ini merupakan miniatur
dari Klenteng Wen Miao yang juga berasal dari Tiongkok.
Kondisi Klenteng ini
masih terbilang cukup bagus karena dari apa yang di lihat mata tidak terdapat
keretakan yang sangat berarti pada sisi-sisi bangunan ini. Bangunan ini di
tetapkan sebagai cagar budaya karena kondisi bangunan yang terbilang unik, tahan
lama dan tidak memakai semen sama sekali tetapi bangunannya tetap kokoh hingga
sekarang.
Kelebihan dari Klenteng
ini terletak pada bangunannya yang tinggi serta terletak di tengah jalan raya
dan warna corak dari Klenteng tersebut yang cukup mencolok terdiri dari warna
putih, merah dan kuning. Kondisi bangunan yang di buat tinggi memiliki nilai
tambah bahwa tempat tersebut akan lebih sejuk dan mendapatkan cukup penerangan
pada siang hari. Kekurangannya terletak pada bangunan bagian belakang yang
kurang terawat saat di liat sekilas yang mungkin bangunan tersebut tidak
terlalu penting dan letak banguanan tersebut sudah tua.
Hal yang unik bagi saya
adalah ketika mengetahui bahwa Klenteng ini pernah di jatuhi bom sebanyak dua
kali oleh pihak Jepang pada zaman penjajahan karena mereka mengetahui menjadi
tempat penampungan bagi yang terluka dan tidak meledak itu menyatakan bahwa
Tuhan itu ada.
Menurut saya pemerintah harus turut serta terlibat dalam perawatan cagar budaya supaya tempat tersebut dapat menjadi rumah sebagai tamu yang datang ke tempat tersebut, juga mempromosikan melalui media sosial tentang tempat cagar budaya yang ada di Surabaya dan melakukan acara bakti sosial bagi warga yang tinggal di sekitar tempat cagar budaya.
Comments
Post a Comment